Minggu, 22 Desember 2019

Perempuan yang tangguh


Silahkan remehkan wajah lembut dan rambut indahnya
Sekilas ia terlihat seperti perempuan biasa
Yang lemah tak berdaya tapi ia perkasa.
Di tapak kakinya tak kau temukan goresan bukan berarti, 
dia tak kenal duka. Dulu tiap hari ia sendiri 
Mengupayakan tanah gersang untuk menghidupi benih bayi
Dalam kandungannya. Ia terseyum walau mentari
Menertawakannnya. Bebatuan di tanah gusuran itu jadi saksi
Setiap pagi hingga sore ia mengumpulkan pasir dan bebatuan
Untuk ditukarkan dengan uang demi sesuap nasi

Tiap pagi ia berjalan kaki menjunjung air 
Membawa kandungannya menyusuri jalanan kerontang
Beberapa kali ia bangun di tengah malam mengusir ular 
Yang menyusup kamar kecil miliknya. Ia adalah laki-laki
Seketika jika dibutuhkan ia akan menjadi laki-laki 

Tahun demi tahun berlalu, ia melahirkan anaknya dengan penuh perjuangan 
Demi anaknya ia terus bekerja dengan segala daya 
Ia tak pandai berhutang pada siapapun walau ia miskin
Hingga anaknya besar ia tak pernah berbicara keluhan

Perempuan tangguh dialah ibuku yang selalu sabar
Saat ayah kembali dari perantauan dengan gaji tak seberapa
Ia sabar. Saat Ayah terus menggerutu di tengah kemelut keuangan
Ia sabar. Ia adalah ibu yang membesarkan kami dengan kasih sayang 
Ia mengambil peran Ayah menjadi imam mengajarkan kami agama dan cinta, 
Ia tulang punggung keluarga yang mengganti peran ayah yang 
Tak kunjung bekerja karena usia.
Ia perempuan sederhana dengan tubuh kurus kering tinggal tulang
Tapi dia tangguh. Perempuan pengumpul batu, buruh dan pekerja rumah tangga
Yang berhasil mendidikku dan adik-adik hingga kini aku wisuda sarjana

Jangan remehkan tubuhnya. 
Di usia tuanya dia jauh lebih tangguh darimu, Anak muda.
Dan kini, ketangguhannya telah membawanya berhasil menyelesaikan semua pertandingannya yang amat sengit, dan menutup kisahnya dengan cerita yang penuh ketangguhan. 
Kini di tempat yang Tuhan sediakan.

Selamat hari ibu. -) mengenang Ibu yang tangguh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar