Seperti kita ketahui bersama otak kita ini
– otak manusia dibagi menjadi dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri, otak
kita yang merupakan karunia Tuhan ini kita bagi menjadi dua bagian adalah
karena dua bagian otak tersebut memiliki fungsi yang berbeda.
Otak
Kanan
Otak kanan biasa diidentikkan tentang
kreatifitas, dan memang benar fungsi dari otak kanan ini adalah untuk mengurusi
proses berpikir kreatif manusia, contohnya adalah kemampuan komunikasi
(lingusitik). Cara kerja otak kanan ini biasanya tidak terstruktur, dan
cenderung tidak memikirkan hal-hal yang terlalu mendetail. Contoh orang yang
mengandalkan otak kanannya dibandingkan otak kirinya adalah seniman.
Kesimpulan : Otak yang berhubungan dengan
gagasan,ide, kreatif, keberanian, emosi, visual dan seni.Ini kriteria yang
orang yang lebih "sering" pake otak kanan
Kelebihan :
·
Menghasilkan
sesuatu dengan baik lewat gagasan dan ide-ide briliant
·
Jenius
dalam menanggapi setiap peluang dan kesempatan
·
Berani
menanggung resiko untuk jadi lebih baik
·
Pintar
menyesuaikan dengan lingkungan
·
Enterprener
yang gak sekolah tapi sukses
·
Gak
kuper ( sering bergaul, konyol, dan suka becanda)
·
Menyukai
sesuatu yang unik dan baru
·
Suka
berpetualang
·
Ga
suka terikat
Kekurangan :
·
Rada
males mikirin yang namanya hitungan dan skema-skema ga jelas
·
Kebanyakan
main dan ngerusak nilai raport
·
Ga
suka matematika dan yang berhubungan dengan logika
·
Ga
pernah serius
·
Nilai
raport pas-pasan (apa adanya)
·
Sifatnya
terbuka
Otak
Kiri
Sedangkan otak kiri biasa diidentikkan
dengan kecerdasan analitik. Maksudnya otak kanan kita ini terkait dengan
kemampuan matematis dan kemampuan berpikir sistematis seseorang. Contohnya
kemampuan menyelesaikan soal matematika. Cara kerja otak ini sangat rapi,
terstruktur dan sistematis. Biasanya otak kiri ini sangat bermanfaat saat
digunakan untuk memahami hal-hal yang kompleks dan perlu pemikiran yang
mendetail. Orang yang biasanya lebih mengandalkan otak kiri adalah seorang
peneliti atau scientist.
Kesimpulan: Otak kiri berhubungan dengan
hal-hal yang kuantitatif, berpikir teoritis, intelektual, logis, linier dan
rasional. Ini kriteria yang orang yang lebih "sering" pake otak kiri
Kelebihan :
·
Menghasilkan
sesuatu dengan matang dan terstruktur
·
Sering
dapet juara di kelas (ranking trus)
·
Menyukai
matematik dan berhubungan dengan logika
·
Berfikir
tajam dan jelas
·
Serius
dalam segala hal
·
Enterprener
yang sukses lewat perhitungan matang
·
Lebih
disiplin dalam segala hal
Kekurangan :
·
Orang
kayak gini jarang keluar kamar belajar trus
·
Ga
banyak bergaul (kuper)
·
Ga
menyukai petualangan
·
Sifatnya
tertutup
HUBUNGAN
OTAK KANAN DAN OTAK KIRI
Pada hakekatnya hubungan
antara otak kanan dan otak kiri seperti hubungan manusia dengan bayangannya
sendiri. Tidak mungkin manusia bergerak sementara bayangannya tidak, begitu
pula sebaliknya.
Harus diakui bahwa sudah
banyak pakar di dunia telah melakukan berbagai riset tentang otak kanan dan
otak kiri. Sebagian dari mereka telah menyimpulkan bahwa ada perbedaan struktur
dan jumlah sel syaraf antara otak kanan dan otak kiri. Bahkan mereka juga
sampai pada pengembangan kesimpulan empiris bahwa struktur dan jumlah sel
syaraf antara otak kanan dan otak kiri menjadi pembeda yang mendasar bagi
setiap suku bangsa. Misalnya saja bangsa arya (Jerman) dan wilayah eropa
rata-rata memiliki otak kanan yang lebih besar dari otak kiri mereka. Sedangkan
wilayah asia hingga afrika rata-rata memiliki otak kiri yang lebih besar dari
otak kanan mereka. Kesimpulan ini bisa dianggap “ya” atau “tidak” tergantung
seberapa optimal manusia mampu menterjemahkan potensi dirinya sendiri.
Seperti yang telah
diuraikan di atas bahwa pada hakekatnya hubungan antara otak kanan dan otak
kiri manusia seperti layaknya manusia dengan bayangannya sendiri. Artinya, tidak
mungkin otak kanan bekerja tanpa dukungan otak kiri, begitu pula sebaliknya.
Konsep mutualisme, seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya Dan jika
otak kiri saja yang bekerja sama artinya seperti bayangan tanpa manusia
(tergolong makhluk ghaib…..).
Untuk lebih jelasnya ada
baiknya kita bedah secara ringkas tentang “logika” dan “naluri”. Secara bebas,
keduanya dapat diartikan seperti berikut :
Logika
Proses kompleks dan unik dari sekian banyak unsur kepastian yang menghasilkan suatu unsur kepastian juga. (Logis : pasti).
Proses kompleks dan unik dari sekian banyak unsur kepastian yang menghasilkan suatu unsur kepastian juga. (Logis : pasti).
Naluri
Proses kompleks dan unik dari sekian banyak unsur ketidakpastian yang menghasilkan suatu unsur dugaan/perkiraan.
Proses kompleks dan unik dari sekian banyak unsur ketidakpastian yang menghasilkan suatu unsur dugaan/perkiraan.
Jadi, logika lebih banyak
difungsikan untuk memproses gejala-gejala yang mengandung unsur kepastian.
Sedangkan naluri lebih banyak difungsikan untuk memproses gejala-gejala yang
mengandung unsur ketidakpastian, ketidakmungkinan (mustahil) dan kemungkinan
(probabilitas).
Ilustrasi singkat di bawah ini semoga bisa menjadi contoh yang mewakili makna dari kedua kata di atas.
Ilustrasi singkat di bawah ini semoga bisa menjadi contoh yang mewakili makna dari kedua kata di atas.
- Angka 9 dibagi 3 hasilnya 3. Karena 3 dikali 3 hasilnya 9.
- Angka 10 dibagi 3 hasilnya 3 1/3 (dugaan hasil : 3,333…). Karena 3 dikali 3 1/3 hasilnya 10 (dugaan hasil : 9,999…).
- Bila sebuah mata uang logam dilempar satu kali, maka kemungkinan yang keluar adalah “gambar” atau “angka”.
- Dulunya orang berpikir sangatlah tidak mungkin manusia bisa terbang. Semenjak Wright bersaudara menciptakan pesawat terbang yang pertama, maka gugurlah pernyataan “manusia tidak mungkin terbang”.
- Di jaman Nabi Muhammad SAW, kaum Qurais tidak percaya dengan berita Muhammad telah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram (Mekah) ke Masjidil Aqsha (Iraq) dalam satu malam. Sekarang manusia telah mampu melintas antar benua hanya dalam beberapa jam saja dengan menggunakan pesawat jet.
Dari ilustrasi di atas
membuktikan bahwa logika memiliki batas wilayah sejauh tangkapan pancaindera
secara fisik. Sedangkan naluri/firasat memiliki batas wilayah sejauh tangkapan
indera secara meta fisik. Artinya, apapun gejala metafisik yang mengandung
unsur ketidakpastian dapat menjadi wilayah logika (fisik) pada saat tangkapan
pancaindera telah mampu meluaskan wilayahnya.
Naluri/firasat yang
dikembangkan hingga menjadi imajinasi, bila diteruskan dengan tahap-tahap
pembuktian yang “cermat dan hati-hati” akan masuk pula ke wilayah logika.
Sebaliknya, logika yang tidak diteruskan dengan tahap-tahap pembuktian yang
“cermat dan hati-hati” akan menjadi sekedar sebuah imajinasi.
Mari kita coba mengamati
perilaku bayi dari lahir hingga menjelang pasca balita. Semua akan mengakui
bahwa bayi yang baru dilahirkan tentulah belum memiliki fungsi pancaindera yang
sempurna. Bagaimana bayi bisa melewati masa pertumbuhannya ? Jawabannya :
naluri. Dengan berjalannya waktu, naluri bayi akan secara perlahan (tapi pasti)
mulai memasuki wilayah logika, seiring dengan mulai berfungsinya pancaindera.
Sayangnya, proses
beralihnya wilayah naluri ke wilayah logika pada bayi telah diartikan salah
oleh sebagian orang. Kata “beralih” bukan berarti “berkurang dari…”
kemudian “menambah ke…”. Bila seperti demikian adanya bisa jadi suatu
saat nanti entah di umur berapa, manusia akan kehilangan wilayah naluri oleh
karena telah beralih ke wilayah logika. Bahwa pada hakekatnya Allah telah
menitipkan segala pengetahuan bagi manusia dengan cara yang “multikompleks”.
Bila disederhanakan dapatlah kita menganggap bahwa naluri adalah
sebersih-bersihnya dan sesempurnanya indera bagi manusia (seperti layaknya
bayi). Seiring berjalannya waktu, seharusnya manusia mampu menyeimbangkan
potensi naluri dengan potensi logika, seperti proses bayi tumbuh dan
berkembang. Bila kondisi ini berhasil dicapai maka tidak ada kata yang tidak
mungkin. Maka layaklah hubungan antara otak kanan dan otak kiri kita sebut
sebagai “akal jernih”.
Naluri adalah indera
manusia yang paling bersih dan sempurna dalam menangkap gejala-gejala yang
tidak mampu ditangkap oleh logika. Nilai positif atau negatif dari
gejala-gejala dimaksud adalah merupakan prasangka, yang sangat tergantung dari
bagaimana cara manusia menggunakan pancaindera-nya. Sedangkan imajinasi
diibaratkan sebagai “gudang” dari apapun hasil prasangka.
Sumber: http://radmarssy.wordpress.com