Senin, 15 Oktober 2018

Ujung jalan yang tersembunyi

Jo kau pasti tau dulu aku sangat mencintai jalan, seperti aku sangat mencintaimu.
Aku bisa menikmati segala kenangan dan menghayalkan segala impian di sepanjang jalan.

Kali ini, aku amat benci dengan jalan Jo.
Benar kata orang cinta juga bisa jadi benci.
Seperti kau yang sekarang sudah benci
Aku benci jalanan. Terutama jalanan yang lurus.
Aku tidak pernah tau di mana ujung nya
Rasanya bosan dan lelah mengejarnya.
Sama seperti mengejarmu Jo.
Mengejar orang yang berlari untuk orang lain itu lelah ya Jo..
Sayangnya kau tak pernah lelah mengejar dia.
Yah mungkin karena kau lelaki lebih gagah
Jalanan ini juga gagah Jo, kakinya panjang sekali sedangkan kakiku kecil tak mau besar.
Sementara masalah ini selalu besar tak mau kecil.
Sepanjang perjalanan ku gendong-gendong
Makanya aku jadi semakin kerdil.

Hidupku tahun ini sama seperti jalanan ibukota Jo.
Datar sekali, berat dan penat sekali
Apalagi dua orang yang paling kucintai
Terancam pergi dari hidupku, Jo
Setelah kau, aku tak ingin kehilangan ibu.
Ya, sakit ibu parah sekali dokter juga angkat tangan
Tinggal tunggu keajaiban.
Jadi jalan jalan kami sakit sekali Jo.
Di ujungnya menanti kematian
Atau ada keajaiban?
Tapi sudah lama sekali Jo sakitnya hidup dalam kesakitan.
Seperti menjejali jalanan rusak yg panjang. 
Sedih sekali kan Jo, semoga kau menikmati jalanmu.
Tidak seperti aku yang lelah
Menanti ujung jalan yang tersembunyi.

Sabtu, 02 Juni 2018

Tuhan (1)

Tuhan, inilah kali kesekian
Kuabaikan lagi pertemuan
Intim kita.

Tuhan, wanita paling menyedihkan 
Di dunia ini adalah aku
Tak tau kemana mengadu
Kala masalah besar membelenggu
Padahal ada Engkau.

Tuhan, wanita paling jahat itu aku.
Segala pemberianmu yang Tak jemu jemu
Tak ku kenang dan menghilang semu
Dari fikiranku timbul berbagai keluh
Masalah demi masalah bagai candu
Menusuk hati yang selalu cemburu
Pada hidup orang lain yang lebih selalu
Harusnya hati kecilku tahu
Betapa banyak yang Engkau,
Beri. cuma cuma di hidupku.
Lewat masalah ini Kau mengajari
Adayang lebih berharga dari apapun bahkan materi;
cinta dan lawatan tanganmu ditiap perih menghujam.

Tuhan di sekelumit beban dan persoalan ini 
telah kutemukan Kau 
Mengetuk pintu dan menyamar menjadi sesamaku,
keluargaku, temanku, sahabatku,
bahkan orang yang tak kukenal.
Membawa bala bantuan.

Tuhan, di sudut kamarku aku mendesah.
Mengapa aku masih juga lelah
Berdoa kepadaMu setiap waktu..

(Bait sederhana untuk Tuhan, dari wanita kelabu yang dungu; Aku.)
.
.